Sabtu, 25 Agustus 2012

cerpenku !!!


PENGORBANAN CINTA

     Jiwo melirik arloji yang menempel dipergelangan tangannya. Ternyata sudah pukul 06.30. Pikirannya sangat gelisah, menunggu bus yang tak kunjung datang. Ia tak henti-hentinya mondar-mandir di halte bus.
       “ wah.. gawat nih, kalau terlambat, bisa-bisa nggak ikut ujian ” jiwo sangat panik, pikirannya tak karuan karena ia takut terlambat sebab memang hari ini adalah hari pertama ujian semester disekolahnya. Tapi sayangnya dia terlambat.
       “ tuh dia busnya ” ucapnya lega sambil berlari menghampiri bus itu dan langsung menaiki bus yang berhenti menunggu jiwo.
***
       “ TENG-TENG ” bel berbunyi bersamaan dengan sampainya jiwo disekolah. Jiwo berlari cepat diantara koridor sekolah dan ia pun hampir saja jatuh.
       “ oh.. iya sekarangkan ujiannya dicampur sama anak x, wah gawat nih bisa nmalu-maluin, hoalah dasar jiwo bodoh banget sih kamu ” jiwo tetap mengoceh walau dalam keadaan berlari.
       “ ya silahkan kalian kerjakan soal yang sudah saya bagikan ” terdengar suara guru pengawas yang saat itu mengawas diruang ujian jiwo.
       “ selamat pagi pak ” sapa jiwo sambil mengetuk pintu kelasnya dengan keadaan sedikit kaku jiwo berjalan menghampiri guru pengawas yang tak asing lagi buat dia, pak edo, guru paling killer diantara guru yang lain.
       “ ma..aaf pak.. sa..ya.. terlambat ” suara jiwo tergagap. Pak edo menatap jiwo dengan tatapan tegasnya membuat jiwo menundukkan kepalanya.
       “ mana kartu peserta ujianmu ? ” tanya pak edo tegas.
       “ ini pak ” jiwo menyerahkan kartu peserta ujiannya ke pak edo. Jiwo melirik teman-teman seruangannya. Salah satu ada yang menarik perhatiannya. Seorang gadis berpita putih yang menghiasi rambut indahnya. Gadis itu tersenyum manis kepada jiwo membuat perasaan kaku yang menyelimuti jiwo hilang sekejap saja karena senyuman gadis itu.
       “ ya sudah kamu boleh duduk ditempat yang kosong. Lain kali jangan terlambat lagi ” perintah pak edo.
       “ baik pak, terima kasih ” dengan perasaan lega jiwo mulai mencari tempat duduk yang kosong, tapi tak ada kursi kosong lagi selain kursi disebalah gadis berpita putih itu.
       “ terlambat ya ka ? ” tanya gadis itu dengan diiringi senyumnya. Jiwo menatap gadis itu.
       “ eh..i..yaa nih ” jawab jiwo sambil tersenyum kaku.
       “ ya udah dikerjain soalnya ka, good luck ya ” ucap gadis itu sambil menatap jiwo dengan senyum manisnya. Lalu ia mulai mnengerjakan soalnya kembali. Jiwo terpaku memandang gadis itu yang mulai sibuk mengerjakan soalnya. Sepertinya jiwo mulai tertarik dengan gadis itu.
***
       “ hey ” sapa jiwo kepada seorang gadis. Ternyata gadis yang disapa jiwo adalah gadis berpita putih yang menjadi teman sebangkunya diruang ujian.
       “ hey ka ” gadis itu membalas sapaan jiwo.
       “ aku jiwo, maaf sampai lupa memperkenalkan diri tadi dikelas ” jiwo mengulurkan tangannya.
       “ oh iyaa nggak apa-apa, aku Bunga, seneng deh bisa kenalan sama kapten basket di sekolah ini ” bunga tertawa kecil, sambil menyambut uluran tangan jiwo. Jiwo pun tersipu malu, ternyata jiwo salting ( salah tingkah maksudnya ).
       “ kamu anak kelas x ? ” tanya jiwo.
       “ oh iyaa ka, kenapa baru lihat yaa ? ”
       “ hehe iyaa ”
       “ haha maklum kok, orang setenar kakak disekolah ini, mana mungkin kenal sama orang kayak aku ” bunga tertawa membuat jiwo tersipu malu lagi. Memang jiwo kapten basket yang populer disekolahnya. Nggak heran deh cowok secool jiwo di kerubutin para cewek disekolahnya. Makanya membuat bunga diam-diam suka melirik jiwo ketika jiwo sedang latihan basket sama teamnya. Tapi gadis satu ini minder buat kenalan sama jiwo si kapten basket yang cool ini. Suatu keberuntungan buat bunga bisa berkenalan langsung dengan jiwo dan duduk sebangku dengannya ketika ujian.
       “ mau pulang bareng ? ” ajak jiwo.
       “ emang mau pulang bareng aku kak ? ” tanya bunga. Belum sempat jiwo menjawab bunga melanjutkan omongannya. “ nanti para fansnya kak jiwo marah lho, terus nanti aku dikira kecentilan lagi ” ledek bunga membuat jiwo tertawa.
       “ ah kamu bisa aja deh, masa bodo EGP ” ucap jiwo diiringi tawanya membuat bunga ikut tertawa juga, mereka terlihat sangat akrab, padahal baru hari ini mereka berkenalan.
***
       Sudah beberapa bulan jiwo mengenal gadis yang bernama bunga. Mereka semakin akrab dari hari ke hari. Ya membuat jiwo bersemangat ke sekolah. Apa mungkin jiwo memiliki hati kepada bunga ? entahlah..
       “ hey manis ” sapa jiwo sambil mengacak-acak rambut bunga yang sedang duduk manis di pinggir lapangan basket.
       “ ih kaka rambut aku jadi berantakkan nih ” ucap bunga sambil cemberut.
       “ biar berantakkan tetep cantik kok ” jiwo mulai memuji. Membuat bunga tersipu malu dipuji jiwo seperti itu.
       “ gombal deh ” ucap bunga.
       “eh seriusan tau”
       “ ahh bercandaan pake bilang seriusan, yaa modus nih kaka ” bunga menjulurkan lidahnya.
       “ ihh dasar, nih buat kamu ” jiwo memberikan dua batang coklat.
       “ apaan nih kak ?”
       “ yaa coklatlah, masa udah gede nggak tau cokelat sih, uhh dasaaarr ” jawab jiwo sambil mengacak-acak rambut bunga lagi.
       “ ihh kaka, maksudnya nih cokelat tandanya apa, lagi menang taruhan yaa ?” tanya bunga yang masih heran tapi sempet-sempetnya ngeledek.
       “ yee taruhan, anti tau ” jawab jiwo.
       “ terus apa ?”
       “ sebagai tanda kalau aku sayang kamu ” jawab jiwo sambil berlari menuju lapangan basket untuk latihan bersama team basketnya. Bunga melongo dalam benaknya dia bertanya-tanya apa benar kak jiwo sayang aku ? bunga menatap cokelat yang sedang digenggamnya. Tanpa sadar dia tersenyum memandangi cokelat pemberian jiwo.
***
       “ KRING..KRING ” suara telepon dirumah bunga berdering, menandakan ada telepon masuk.
       “ halo ” jawab suara diseberang sana.
       “ iyaa halo, aku jiwo, bisa berbicara dengan bunganya mbak ? ”
        “oh non bungannya sedang dirawat dirumah sakit mas ” jawab suara tersebut yang tak lain adalah pembantu dirumah bunga.
       “ hah, yang bener mbak ? sakit apa ? dan dirumah sakit mana mbak ?” tanya jiwo mulai panik.
       “ iyaa bener mas, kemarin pas pulang sekolah non bunga mimisan terus mas, lalu ibu bawa kerumah sakit harapan kita mas. Saya juga belum tau pasti non bunga sakit apa mas ” jelas si mbak.
       “ oh iyaa mbak, baiklah saya akan kerumah sakit terimakasih atas infonya mbak ”
       “iyaa mas sama-sama” sambungan teleponpun terputus ketika jiwo mengakhiri pembicaraannya di telepon dan ia pun berlari menuju kamarnya untuk mengganti pakaiannya. Setelah rapi jiwo pun bergegas menuju rumah sakit dimana bunga sedang di rawat.
***
       “ LEUKIMIA ? ” tanya jiwo tak percaya, jiwo sangat kaget, shock, hatinya terasa sakit mendengar kabar yang sangat menyedihkan buat dia.
       “ iya leukimia jiwo. Bunga sudah lama mengindap penyakit itu ” jawab seorang wanita sambil menangis tersedu-sedu. Wanita itu adalah mamahnya bunga. Tanpa sadar jiwopun mengeluarkan butiran-butiran air mata. Sesekali jiwo melihat di balik jendela kamar bunga di rawat. Ia melihat gadis yang selalu tersenyum manis untuknya itu dan yang selalu menghibur jiwo kini sedang terbujur lemah di ranjang rumah sakit dengan di kelilingi selang-selang yang menempel di tubuhnya. Jiwopun semakin terisak.
       “ tante yang sabar ya ” jiwo menenangkan.
       “ tante selalu sabar jiwo, tante pasrah atas kehendak Tuhan ” ucap mamah bunga sambil mencoba menghapus air matanya.
       “ tante, tante harus optimis bahwa bunga akan sembuh ”
       “ iya jiwo, makasih banyak yaa ini untukmu ” mamah bunga memberikan sebuah buku kepada jiwo, buku itu terlihat seperti buku diary.
       “ apa ini tante ? ” tanya jiwo terlihat bingung.
       “ ini buku diary miliknya bunga, sekilas tante baca semua menceritakan tentang kamu semua ” jelas mamahnya bunga.
       “ makasih tante saya akan membacanya ”
       “ iya jiwo sama-sama, sekarang lebih baik kamu pulang karena tante tau kamu capek sekali dari tadi menemani bunga ”
       “ baik tante, saya pamit, saya akan kesini lagi tante ” setelah pamit jiwo bergegas pulang dengan membawa sebuah buku diary yang di berikan mamah bunga kepadanya.
***
       Dear diary..
       Hari ini aku seneng banget..
       Karena ka jiwo pangeran aku itu kasih cokelat buat aku..
       Terus dia bilang cokelat itu bertanda kalau dia sayang sama aku..
       Aku seneng banget, semoga semua itu bener yaah..
       Aku boleh berharap kan diary ?
       Tapi aku sedih, aku takut nggak bisa lagi ketemu kak jiwo..
       Aku takut leukimia ini merenggut nyawaku..
       Tapi aku sadar diary..
       Bukan hanya mama, papa yang sayang sama aku tapi Tuhan juga..
Makanya Tuhan berikan leukimia ini buat aku, mungkin Tuhan ingin aku kembali kepadaNya..
Tapi sebelum waktu itu tiba..
Aku akan selalu berikan senyumanku ini buat kak jiwo karena aku sayang banget sama dia..”

       Air mata jiwo satu persatu menetes di pipi jiwo, semua yang di tulis bunga, tak luput dari namanya. Jiwo memeluk buku diary milik bunga. Terlintas semua kenangan-kenangan yang pernah dilalui bersama bunga. Yang disesali kenapa bunga tidak menceritakan hal ini kepadanya. Apa karena bunga tidak ingin jiwo menangis, bersedih, cemas, panik, atau gelisah ? entahlah cumaa bunga dan Tuhan yang tahu alesannya..
       “ aku rela ngelakuin apa aja buat kamu bunga karena kamu segalanya buat aku ” gumam jiwo. “ Aku sayang kamu, aku cinta kamu bunga. Maafin aku yang nggak pernah berani ungkapin ini semua ” sesal jiwo.

***
       “ dokter apa saya bisa mendonorkan tulang sumsum belakang saya buat bunga ? ” tanya jiwo penuh harapan.
       “ apa nak jiwo sungguh-sungguh memberikan tulang sumsum belakang nak jiwo buat bunga ? ”
       “ apapun itu saya akan ngelakuinnya buat bunga dok ” jawab jiwo optimis.
       “ tapi ini menyangkut nyawa nak jiwo , nak jiwo bisa terkena komplikasi atau bisa juga nggak selamat ”
       “ walaupun saya harus kehilangan nyawa saya atau apapun itu saya ikhlas dok, ini demi kebaikkan bunga ”
       “ baiklah nak jiwo, sungguh hati nak jiwo sangat mulia, mari ikut saya untuk melakukan pemeriksaan ” ajak dokter menuju ruang pemeriksaan. Tekad jiwo memang sudah bulat untuk mendonorkan tulang sumsum belakangnya untuk bunga. Jantungnya berdetak kencang. Jiwo tampak sangat tegang, tanpa dia sadar air matanya mengalir deras dari mata indahnya. Ternyata betapa cintanya dia kepada bunga.
       “ kapan nak jiwo mendonorkan tulang sumsum belakangnya buat bunga ? ” tanya dokter.
       “ sekarang dok ” jawab jiwo penuh keyakinan.
       “ apakah nak jiwo yakin dan siap, lalu keluarga nak jiwo sudah tahu hal ini ? ”
       “ insyaAllah atas kehendak Allah saya siap dok. Masalah keluarga saya mereka sudah tahu dan merelakan saya, karena tindakkan yang saya lakukan adalah kebaikkan. Mereka selalu mendukung keputusan saya dimana keputusan itu bernilai positif ” jelas jiwo.
       “ ya baiklah nak jiwo ” ucap dokter. Jiwo menarik nafasnya dalam-dalam air mata terus mengalir dari matanya, teringat wajah kedua orang tuanya yang terngiang di benaknya. Hatinya berbicara mama, papa jiwo sayang kalian. Maafin jiwo selama ini udah buat salah sama kalian. Maafin jiwo juga yang selalu ngerepotin kalian. Kenang jiwo dalam doa kalian yah. Pengambilan tulang sumsum belakang pun di laksanakan atas kesepakatan antara jiwo dan dokter. Pengambilan tulang sumsum belakang yang sedang berlangsung terasa sakit bahkan teramat sangat sakit tapi dengan perasaan cinta jiwo untuk bunga, semua rasa sakit itu hilang bahkan musnah. Sehingga membuat jiwo tenang tertidur untuk selamanya.
***
       “ ma, kenapa sih ka jiwo nggak pernah dateng jengukin bunga ? ” tanya bunga, belum sempat mamahnya menjawab bunga melanjutkan pembicaraannya. “ ternyata ka jiwo nggak bener-bener sayang sama aku ” bunga mulai terisak.
       “ bunga.. jiwo sayang sama kamu, bahkan sayang banget. Kamu nggak boleh ngomong seperti itu lagi yah ” jawab mamah bunga.
       “ tapi mah, kenyataannya seperti itu kan ” bunga semakin terisak.
       “ bunga seandainya kamu tau apa yang terjadi ” mamah bunga ikut menangis.
       “ apa yang terjadi mah, bilang sama bunga mah ?” tanya bunga ingin tahu, air matanya terus dan terus menetes mengalir deras.
       “ jiwo sangat menyayangimu bunga, jiwo tidak seperti yang kamu bilang dan kamu pikirkan. Jiwo selalu menjenguk kamu setiap hari, setiap waktu dan selalu ada buat kamu selama kamu koma, hingga pada akhirnya dia memberikan tulang sumsum belakangnya buat kamu, hanya untuk kamu kembali sehat. Dan sekarang jiwo sudah tidak ada di dunia ini lagi karena dia terkena komplikasi. Tapi percayalah jiwo selalu ada di hati kamu di hati kita ” jelas mamah bunga yang semakin terisak dan langsung memeluk bunga.
       “ apa ? kak jiwo memberikan tulang sumsum belakangnya buat bunga , untuk apa mah ?” tanya bunga tak percaya dan ia pun bener-bener sangat terpukul.
       “ iya sayang ”
       “ kenapa mah ? kenapa ?”
       “ karena dia sangat menyayangimu bunga, dia ingin kamu tetap ada didunia ini, walaupun dia tidak ada, dan dia ingin kamu tetap tersenyum ”
       “ kak jiwo, kenapa harus pergi demi bunga ka ” bunga menangis  sekencang-kencangnya, membuat mamahnya mempererat pelukannya.
       “ sabar sayang, hadapi ini dengan ikhlas sayang, ini ada titipan dari jiwo dia kasih ini ke mamah sebelum dia memberikan tulang sumsum belakangnya buat kamu ” mamah bunga memberikan amplop berwarna biru ke bunga, bungapun menerimanya dengan perasaan yang sangat sedih.
***
       “ Dear Bungaku manis ..
       Terasa bahagia yah melihat kamu tersenyum. Mungkin kamu baca surat ini, aku sudah tidak ada lagi didunia yang indah ini. Tapi ketahuilah aku akan selalu ada di hatimu..
       Aku takkan pernah bisa melupakan kenangan-kenangan yang pernah kita lalui bersama. Bolehkah aku jujur ? aku jatuh cinta sama kamu saat aku pertama kali melihatmu. Melihat senyuman manis yang terukir indah di bibirmu. Aku kira semua ini bukan cinta, melainkan hanya sebatas kagum. Tapi setelah aku dekat dan semakin dekat denganmu. Aku baru sadar bahwa ini cinta bukan kagum.
       Aku belum pernah merasakan apa itu cinta. Dan inilah cinta pertamaku. Aku sangat mencintaimu bunga. Aku akan melakukan apa saja buat kamu karena bagiku kamulah segalanya. Maafin aku yang baru bisa jujur dengan perasaanku. Tulang sumsum belakang yang aku berikan buat kamu akan menjadi teman abadi untukmu sebagai pengganti aku. Berjanjilah bungaku, tersenyumlah untuk dunia ini, karena tanpa kamu sadari dunia ini begitu indah dari apapun. Dan tersenyum juga untuk aku dan untuk orang-orang yang mencintaimu dan menyayangimu. Jadilah putri terindah didunia ini sayang, akulah pangeran hatimu..”

jiwo

       Bunga tersenyum dengan di iringi air matanya yang menetes tanpa ia sadari. Hatinya sekarang sudah tenang dan sudah ikhlas atas kepergian jiwo.
       “ bunga janji ka, akan selalu tersenyum. Aku pasti kuat ka, aku yakin itu, aku mencintaimu ka, sangat mencintaimu ” ucap bunga sambil memeluk surat terakhir pemberian jiwo, sesekali ia mencium surat itu lalu memeluknya lagi.
       Ternyata cinta sejati itu bukan hanya kata-kata belaka atau fiktif. Melaikan melakukan sesuatu untuk yang dicintainya dengan modal pengorbanan. Jangan menunggu cinta datang, melainkan datanglah untuk cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar